Perkenalkan nama saya Yalqa Fauzan Sebayang Mahasiswa Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Syiah Kuala Angkatan Tahun 2019 dan juga selaku ketua Mahasiswa Program MBKM SIGAP Membangun Desa di Kabupaten Aceh Selatan. Kebetulan saya bertugas di Kecamatan Samadua Gampông Subarang. Saat ini saya telah menyelesaikan tugas yang saya embani selama kurang lebih 6 bulan.
Nah langsung saja, saya ingin berbagi pengalaman ketika saya mengikuti program MBKM ini. Apa sih program MBKM SIGAP ini? Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka atau disingkat dengan MBKM adalah sebuah program yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang telah disebarluaskan langsung ke seluruh perguruan tinggi negeri yang ada di Indonesia.
Program MBKM ini bertujuan untuk membangun kemampuan mahasiswa dalam berbagai aktivitas atau kegiatan yang dilakukan, sesuai dengan bakat serta kemampuan yang dimiliki mahasiswa. Melalui pelaksanaan kegiatan membangun desa, mahasiswa Fakultas MIPA telah memanfaatkan hak belajar di luar kampus, dengan memperoleh pengalaman langsung untuk dapat mengembangkan keterampilan dalam memecahkan suatu permasalahan. Saya dan teman-teman melaksanakan program selama satu semester, dimana program ini akan dikonversikan menjadi 20 SKS (Satuan Kredit Semester) mata kuliah yang terdiri dari 18 SKS Proyek Desa A dan 2 SKS Kuliah Kerja Nyata.
Dalam rangka membangun Aceh sesuai visi dan misi pemerintah, diperlukan banyak sarana pendukung, salah satunya adalah Sistem Informasi Gampông (SIGAP). SIGAP merupakan sistem informasi gampông yang dibangun secara integrasi oleh pemerintah aceh untuk mendukung penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan di Gampông. Tujuan dari SIGAP ini mewujudkan sistem informasi terpadu yang terdiri dari sistem informasi, pengolaan satu data, layanan keterbukaan informasi publik untuk mendukung pembangunan dan pelayanan yang berkualitas. Kepada semua pihak terkait dalam pengembangan SIGAP ini, khususnya Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian (DISKOMINSA) Aceh dan Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan (KOMPAK) sangat diharapkan dukungan dan kerjasamanya, sehingga pengembangan SIGAP dan segala data yang telah disajikan dalam halaman web ini bersifat informatif dan dapat terus disempurnakan untuk mendorong tata kelola di Kabupaten/Kota, Kecamatan, serta Gampông yang terpilih menjadi lebih baik, efektif dan efisien.
Dengan adanya komitemen dan dukungan langsung dari Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan yang bersedia menerima pendampingan dari mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala, tentu akan mempermudah lajunya proses perencanaan aplikasi Sistem Informasi Gampông (SIGAP). Program MBKM Membangun Desa ini juga melibatkan kolaborasi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Gampông (DPMG) Aceh dengan Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala. Kegiatan ini dilaksanakan dengan mekanisme kerja sama program studi atau kerja sama di tingkat perguruan tinggi melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M). Tahapan kegiatan meliputi penugasan mahasiswa kepada Sekretaris Daerah, Camat serta Keuchik. Penyelenggaraan kegiatan membangun desa diarahkan untuk mendukung upaya pemerintah dalam mengentaskan “Desa Tertinggal” dan mewujudkan “Desa Mandiri”. Proses pelaksanaan kegiatan membangun desa, akan dilakukan dengan bimbingan dari dosen pendamping lapangan mulai dari persiapan, pelaksanaa, hingga evaluasi.
Kegiatan yang dilaksanakan berupa mengimplementasikan semua data penduduk ke dalam sebuah web yaitu SIGAP dengan tujuan untuk mempermudah perangkat desa/gampông dalam memanfaatkan data penduduk yang telah tersedia. SIGAP sendiri merupakan sebuah program unggulan dari Aceh Hebat yaitu SIAT (Sistem Informasi Aceh Terpadu), sehingga semua data penduduk nantinya akan diinput langsung ke dalam SIGAP yang merupakan aplikasi berbasis web.
Oleh karena itu, pihak DPMG Aceh bekerja sama dengan FMIPA Universitas Syiah Kuala untuk ikut serta membantu menjalankan Program Sistem Informasi Gampông. Pihak FMIPA pun melibatkan 18 mahasiswa (13 Jurusan Matematika dan 5 jurusan Statistika) yang telah dipilih sebelumnya untuk bersedia menjadi pendamping di 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Selatan. Namun sebelum mahasiswa pendamping turun langsung ke daerah masing-masing, mahasiswa tersebut diberikan waktu beberapa hari untuk mengikuti pembekalan berupa karakteristik wilayah pelaksanaan MBKM, Undang-Undang Desa, keterampilan teknis Aplikasi SIGAP, pengembangan masyarakat, serta kemampuan dasar fasilitasi dan komunikasi. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada pendamping dalam mengajarkan dan membantu progres penginputan data gampông ke dalam SIGAP, agar setiap data informasi yang diinput nantinya benar dan sesuai.
Untuk memperlancar program tersebut, Bupati Aceh Selatan, DPMG Aceh Selatan dan beberapa Staf Pegawai Aceh selatan memberikan izin serta dukungan dengan menerima 18 mahasiswa yang akan menjadi pendamping operator di daerah masing-masing yang telah ditentukan. Sehingga hal ini dapat mempermudah mahasiswa dalam mengimplementasikan Sistem Informasi Gampông (SIGAP) kepada perangkat atau operator gampông untuk menginput setiap data informasi sebagai sarana pemanfaatan data informasi kepada perangkat gampông dan juga masyarakat serta membantu Pemerintah Aceh dalam menjalankan programnya.
Menurut saya program mengabdi di desa ini sangat menarik serta menantang, apalagi ketika mengetahui bahwa pada satu kecamatan hanya ditempatkan oleh satu orang mahasiswa. Hal tersebut berarti segala problem yang ada di desa tersebut harus dapat dipecahkan, dan menurut saya ini sangat melatih softskill dan problem solving yang tidak diajarkan langsung di universitas, namun kita dapatkan langsung pada program MBKM ini.
Adapun pengalaman mahasiswa mengikuti kegiatan MBKM di desa pilot project masing-masing mulai dari tanggal 16 Februari 2022 hingga 20 Juni 2022 ialah membantu dan ikut serta mengumpulkan setiap data masyarakat, mengenal setiap budaya dan kegiatan yang selama ini dilakukan oleh desa masing-masing, berbaur kepada masyarakat untuk menjalin tali persaudaraan antar sesama, serta menikmati keindahan setiap wisata ditengah sibuknya mahasiswa sebagai pendamping operator desa.
“Menjadi seorang pendamping tak semudah yang dibayangkan, tak semudah seperti apa yang sudah diajarkan langsung selama pembekalan. Ada begitu banyak rintangan dan tantangan selama kegiatan berlangsung”, ujar Fani Oktaviana.
Namun terlepas dari semua itu, selama menjadi mahasiswa pendamping di Kantor Desa masing-masing dalam membantu operator gampông menginput setiap data yang harus diinput ke dalam SIGAP pun akhirnya berjalan dengan lancar, hingga tepat pada tanggal 23 Juni 2022, pihak FMIPA Universitas Syiah Kuala melakukan penjemputan terhadap mahasiswa yang telah selesai melakukan pendampingan di desa pilot project masing-masing. Adapun penjemputan tersebut dilaksanakan di Kantor Bappeda Kabupaten Aceh Selatan, sekaligus melakukan pelepasan terhadap mahasiswa/i, untuk menyatakan bahwa pelaksanaan pendampingan mahasiswa dalam membantu operator desa/gampông dalam mengimplementasikan data penduduk ke dalam SIGAP telah selesai dilakukan sehingga program MBKM pun selesai sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.
Jadi tidak ada keraguan lagi untuk sobat merdeka, untuk mengikuti program kampus merdeka ini, karena dari sini kita bisa mendapatkan pengalaman penting dan pengalaman ini bisa diimplementasikan ketika kita sudah bekerja.
Terimakasih Kepada semua pihak yang mendukung program ini, di antaranya; Kemdikbud, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), DPMG Aceh, KOMPAK, Pemkab Aceh Selatan, dan Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala. Semoga apa yang kita upayakan bersama dapat bermanfaat, sehingga terwujud masyarakat yang mandiri dan sejahtera, dan berharap akan ada kesempatan lagi di masa yang akan datang.
Sekali lagi terimakasih atas pengalamannya.
“Satu Gerakan, Berjuta Dampak!”